METRO ONLINE, MAKASSAR - Kunjungan para mahasiswa Sulawesi Selatan ke Balai Kereta Api Sulawesi Selatan dalam rangka sosialisasi dan pengenalan fasilitas Kreta Api Maros-Garongkong yang di hadiri oleh GMKI, HMI dan Beberapa perwakilan BEM Universitas di Makassar.
Kunjungan ini di awali dengan Field Trip dari Kantor Balai Kereta Api di Maros ke Stasiun Garongkong pulang pergi menggunakan Kereta Api percobaan dengan waktu tempuh hanya 2,5 jam hemat 1,5 jam di bandingkan menggunakan kendaraan bermotor.
Acara tersebut kemudian dilanjutkan dengan Audiensi bersama Kabalai untuk mendengarkan respon dan masukan dari Mahasiswa terhadap fasilitas Kereta Api yang telah jadi dan akan di oprasikan tahun depan.
Ketua Umum Badko HMI Sulselbar A. Ikram Rifqi memberikan kritikan dan saran kepada Kepala balai terkait pengamanan lingkungan sekitaran rel Kereta Api yang masih berpotensi menimbulkan kecelakaan karena belum adanya pagar pembatasnya. Kondisi ini menyebabkan masyarakat dan hewan ternak lalu lalang di sekitaran kawasan Rel Kereta.
"Kepala balai agar tenaga kerja yang di butuhkan untuk pengoprasian Kereta Api dan pegawai lainnya di dominasi oleh masyarakat Sulsel agar mengurangi jumlah pengangguran di Sulsel serta memberikan pengawasan khusus terhadap pihak ketiga (Perusahaan Outsourcing) yang mengelola tenaga kerja untuk memberikan gaji yang layak bagi pekerja, jangan di potong terlalu sadis dari anggaran yang tersedia", Ujarnya.
Terkait polemik jalur Rel Kereta Api di Makassar apakah layang atau di bawah juga menjadi sorotan ikram untuk dapat di berikan solusi dan penjelasan secara rasional kekurangan dan kelebihannya.
Kapala balai yang akrab di sapa Gatta menyambut dengan hangat keritikan dan saran dari Ikram dan memberikan penjelasan satu perastu.
"Terkait pagar pembatas di sekitaran Rel Kereta membutuhkan partisipasi dari pemerintah daerah untuk membuat pagar pembatas agar masyarakat di daerah tersebut dapat terhindar dari kecelakaan begitupun dengan hewan ternak yang dimilikinya", Ujarnya.
"Harapannya teman-teman mahasiswa dapat mendorong hal tersebut kepada pemerintah daerah setempat yang dilalui Rel Kereta Api dan mengembangkan berbagai macam potensi pertumbuhan ekonomi dari hadirnya stasiun di setiap daerah", Sambungnya.
"Sedangkan untuk tenaga kerja kami sudah menekankan kepada pihak ketiga untuk merekrut penduduk setempat menjadi tenaga kerja di stasiun, walapun masih ada beberapa masyarakat yang daftar namun begitu di tes tidak memenuhi syarat kompetensinya seperti percakapan bahasa inggris dasar saja masih banyak yang belum bisa", Ujar Gatta.
Adapun terkait polemik di Makassar sangat penuh akan syarat kepentingan politik, namun yang di tonjolkan adalah dampak lingkungannya, padahal tidak mungkin di Acc RT RW nya apabila tidak layak lokasi tersebut untuk di bangun Rel Kereta semua sudah punya studi kelayakan.
"Apalgi perbandingan biaya yang harus di keluarkan apabila Rel Kereta Layang yaitu 3 kali lipat daripada Rel daratan, dan untuk bangun 3 Km Rel layang saja bisa menghabiskan 1 Trilliun", Ucap Gatta.
"Kami berharap pembangunan Rel Kereta Api Makassar-Pare ini semoga bisa rampung dengan segera sebelum 2024, dan mengesampaingkan kepentingan politik terlebih dahulu", Harapnya.
Ikram melanjutkan, Pembangunan Rel ini adalah tantangan para kepala daerah kabupaten/kota dan Gubernur Sulsel dalam bekerja sama untuk pembebasan lahan dan mengawal pembangunan.
"Apabila tidak rampung Masyarakat bisa menilai daerah mana yang terhambat dan bisa di katakan Kepala Daerah/Kota setempat dan Gubernur Sulsel gagal mewujudkan keinginan masyarakat", terang Ikram. Rabu (14/12/2022)
Editor: Muh. Sain