-->
BADAN HUKUM " PT METRO MEDIA INDONESIA >>> AKT NO.13 TGL. 21-08-2018 SK. KEMENKUMHAM RI NO.AHU-0040828.AH.01.01. TGL. 29-08-2018 >>> Alamat Kantor Redaksi Jalan Yusuf Kallah No 31 Makassar

Minggu, September 25, 2022

Ini Persiapan Keluarga Alm Yohanis Rammang Ganefo dan Almh Emilia Rempung Somalinggi Jelang Rambu Solo

Ini Persiapan Keluarga Alm Yohanis Rammang Ganefo dan Almh Emilia Rempung Somalinggi Jelang Rambu Solo

METRO ONLINE, TORAJA - Suku Toraja salah satu suku yang terkenal di Provinsi Sulawesi Selatan. Selain Rumah Adat dan objek wisatanya juga Pemandangannya yang indah,  serta terkenal dengan Rambu Solo' (Upacara Kematian). 

Tak tanggung-tanggung, Upacara Rambu Solo' kalangan Puang (Bangsawan) Suku Toraja bisa menghabiskan dana ratusan juta hingga Miliaran rupiah sekali pelaksanaan. Konon, semua itu dilakukan sebagai penghormatan terakhir bagi orang yang meninggal. 

Kebudayaan yang sangat beragam dan unik. Salah satunya yaitu upacara adat Rambu Solo atau Aluk Rambu Solo, suatu ritual pemakaman menjadikan tempat ini sebagai salah satu wisata populer. 

Dari berbagai budaya Toraja, upacara adat menjadi suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari suku ini. Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat Toraja masih menganut tradisi peninggalan leluhur. 

Salah satu tradisi yang masih dipegang teguh adalah upacara adat Rambu Solo atau disebut Aluk Rambu Solo. Aluk adalah adat kepercayaan, nilai-nilai adat, aturan, atau ritual tradisional ketat yang sudah ditentukan nenek moyang. 

Masyarakat Toraja memandang kematian sebagai perpindahan orang dari dunia ke tempat alam roh untuk peristirahatan (Puya). Maka, untuk mencapai tujuan itu, mayat harus diperlakukan dengan baik oleh keluarga yang ditinggalkan. 

Bagi suku Toraja, orang yang sudah meninggal dikatakan telah benar-benar meninggal ketika seluruh kebutuhan prosesi upacara Rambu Solo telah terpenuhi. Jika belum, orang meninggal akan diperlakukan layaknya orang sakit, sehingga masih harus disediakan minuman, makanan, dan dibaringkan di tempat tidur. 

Rangkaian upacara adat Rambu Solo merupakan ritual penting yang memakan waktu dan biaya besar. Maka, tak jarang upacara ini dilaksanakan beberapa bulan hingga bertahun-tahun sejak seseorang meninggal. 

Biaya upacara adat Rambu Solo yang tinggi disebabkan oleh penyembelihan kerbau, babi, dan lamanya prosesi upacara. Upacara ini memang dibuat meriah, serta ada babi dan kerbau untuk dibagikan ke penduduk sekitar. 

Sama halnya dengan Alm Ir.Yohanis Rammang Ganefo,M,Si. Dan Almh Emilia Rempung Somalinggi,A.md,Keb di Tongkonan Rante Kalimbuang kelurahan mebali kecamatan gandasil kab.Tana Toraja. 

Acara kematian Yohanis dan Emilia sendiri di sebut Sapu Randanan Sarrin bone-bone yang merupakan tingkatan tertinggi rambu solo' suku Toraja. 

Setelah beberapa lama di simpan di rumah Tongkonan Rante Kalimbuang ,jenazah bangsawan ini akan di upacarakan pada 27 September sampai dengan 8 Oktober 2022 mendatang. 

Menjelang prosesi rangkaian pemakaman Pensiunan dinas pertanian dan bidan Puskesmas ge'tengan,dua bulan sebelumnya mulai di bangun pondok(Lantang) bagi para tamu dan keluarga yang hadir manyatakan duka citanya. 

Simon Kadang Saranga' Mayor Purn, dr.Johan Tonglo,Pdt Calvin Turu' Padang keluarga Almarhum dan Almarhumah sekaligus panitia rambu solo' mengatakan bahwa pada bulan Juni  lantangnya (pemondokan) sudah mulai di bangun sampai hari ini masuk September sudah rampung 90%. 

"Prosesi pemakaman pada bulan September sampai Oktober yang di rangkaikan dalam beberapa agenda kegiatan upacara kematian", Ujarnya. 

Adapun rangkaiannya yaitu, Tanggal 27-28 September 2022 acara ma'pasilaga Tedong atau adu kerbau. Tanggal 01 Oktober 2022 Ma' palao Alang atau pemindahan jenazah dari tongkonan ke lumbung untuk di semayamkan 

Tanggal 04 Oktober 2022 Ma'Pasonglo atau proses pengantaran jenazah dari area rumah Tongkonan ke kompleks pemakaman yang disebut Lakkian. Tanggal 05-06 Oktober 2022 mantarima tamu atau keluarga menerima tamu yang hendak datang menyampaikan rasa duka citanya bersama keluarga. 

Tanggal 07 Oktober 2022 Mantunu atau mengorbankan hewan yakni kerbau dan babi dari anak atau keluarga alm. Tanggal 08 Oktober 2022 Ma' kaburu' atau jenazah akan di antarkan ke liang kubur untuk peristirahatan terakhirnya. 

dr Johan Tonglo yang akrab di sapa pak dokter berharap pergelaran adat budaya dalam rangkain upcara rambu solo ini bisa menjadi penarik wisatawan  domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke Toraja. 

"Kita berharap dengan adanya kegiatan seperti ini,tidak sekedar melaksanakan pemakaman,namun menjadi daya tarik turis domestik  maupun mancanegara untuk datang menyaksikan kekayaan budaya Toraja", Harapnya. 

Beberapa nilai yang mencerminkan masyarakat Toraja dari upacara ini adalah sikap tolong menolong, gotong royong dan kekeluargaan. 

Masyarakat Toraja juga menyakini bahwa jika upacara adat Rambu Solo' tidak diadakan maka akan berdampak pada orang yang di tinggalkan berupa kemalangan. Oleh sebab itu, upacara ini masih terus di lakukan oleh masyarakat Toraja hingga sekarang.


Kontributor : Asri 

Editor: Muh. Sain

Berita Terkait

Berita Lainnya

© Copyright 2019 METRO ONLINE | All Right Reserved