Dari Balik Jeruji, Warga Binaan Lapas Tolitoli Turut Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional

Advertisement

Dari Balik Jeruji, Warga Binaan Lapas Tolitoli Turut Wujudkan Ketahanan Pangan Nasional

Rabu, November 12, 2025

 Ijin bapak berita yang sdh di perbaiki 

METRO ONLINE Tolitoli, 12 November 2025 — Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Tolitoli terus memperkuat program pembinaan kemandirian warga binaan melalui kegiatan pertanian dan peternakan, sebagai bagian dari dukungan nyata terhadap Program Asta Cita Presiden Republik Indonesia, khususnya pada poin pembangunan SDM unggul, produktif, dan berdaya saing, serta penguatan ketahanan pangan nasional.

Dalam sektor pertanian, sebanyak 4 orang warga binaan pemasyarakatan (WBP) terlibat aktif mengelola lahan kebun seluas 1.562 m² dengan komoditas hortikultura seperti sawi, kangkung, dan bayam. Selain itu, terdapat pula kebun branggang seluas 771 m² yang dikelola oleh 3 orang WBP dengan jenis tanaman serupa.

Hasil panen dipasarkan kepada masyarakat dan lingkungan sekitar Lapas, sekaligus menjadi sumber pembelajaran ekonomi produktif bagi para warga binaan.

Sementara di bidang peternakan, 1 orang WBP bertanggung jawab memelihara ayam dan bebek entok. Hasil ternak dijual mulai dari anakan hingga usia 5–6 bulan saat mencapai nilai ekonomi optimal.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana pembinaan dan keterampilan kerja, tetapi juga mendukung penyediaan protein hewani bagi masyarakat sekitar.

Secara ekonomi, program ini menunjukkan hasil yang signifikan. Dengan target PNBP sebesar Rp 9.170.000, realisasi mencapai Rp 11.458.000 atau 124,95%, yang menegaskan keberhasilan dan efektivitas pembinaan berbasis kemandirian.

Kepala Lapas Kelas IIB Tolitoli, Muhammad Ishak, menyampaikan:

“Program pertanian dan peternakan ini merupakan bentuk nyata komitmen kami dalam mendukung Asta Cita Presiden Republik Indonesia, khususnya dalam peningkatan kualitas SDM dan ketahanan pangan. Pembinaan ini memberikan bekal keterampilan dan karakter bagi warga binaan agar siap kembali ke masyarakat dengan kemampuan yang produktif.”

Kasi Bimbingan Narapidana dan Anak Didik (Bimnadik), Feldianto, menambahkan:

“WBP dilatih tidak hanya secara teknis, tetapi juga dalam hal disiplin dan kerja tim. Pembinaan seperti ini membantu membentuk mental kerja yang kuat dan positif ketika mereka kembali ke lingkungan sosial.”

Kasubsi Kegiatan Kerja (Giatja), Frengki, menjelaskan:

“Kami juga memberikan pemahaman tentang nilai ekonomi, pengelolaan produksi, dan pemasaran. Dengan begitu, warga binaan memiliki peluang membuka atau terlibat dalam usaha produktif setelah bebas.”

Salah satu warga binaan, SL (29 tahun), yang terlibat dalam kegiatan pertanian, mengungkapkan rasa syukur dan semangatnya menjalani pembinaan:

“Awalnya saya tidak punya pengalaman bertani, tapi setelah ikut program ini saya jadi bisa menanam, merawat, sampai panen. Hasilnya bisa membantu kebutuhan harian saya di dalam, dan sisanya disimpan untuk keluarga di rumah. Saya senang bisa ikut berkontribusi meski dari balik jeruji.”

Sebagai bentuk apresiasi, warga binaan memperoleh premi sebesar 35% dari hasil penjualan panen.

Sebagai contoh, pada bulan Oktober, hasil penjualan mencapai Rp 7.000.000, sehingga total premi sebesar Rp 2.450.000 dibagikan kepada 7 orang WBP yang bekerja di kebun, dengan besaran yang disesuaikan menurut tingkat keaktifan dan tanggung jawab masing-masing.

SL menambahkan:

“Premi yang kami dapatkan terasa sangat berarti, karena bukan soal jumlahnya, tapi rasa bangga bahwa kami bisa bekerja dan menghasilkan sesuatu dengan cara yang baik.”

Program ketahanan pangan dan peternakan di Lapas Tolitoli diharapkan terus berkembang sebagai bagian dari pemasyarakatan yang bermartabat, berkelanjutan, dan berdampak sosial-ekonomi nyata, selaras dengan agenda pembangunan nasional.

Melalui berbagai kegiatan produktif ini, Lapas Tolitoli tidak hanya berfokus pada pembinaan internal, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat sekitar — baik melalui ketersediaan hasil pertanian dan peternakan, maupun pembentukan SDM mantan warga binaan yang lebih siap berkontribusi secara positif di tengah masyarakat.

Semangat ini sejalan dengan tema besar “Imipas Setahun Bergerak, Bergerak Berdampak”, di mana setiap langkah pembinaan dan pemberdayaan diharapkan membawa perubahan yang nyata, baik bagi warga binaan, lingkungan sosial, maupun bangsa.

Kegiatan ini juga merupakan implementasi dari Sapta Arahan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sulawesi Tengah, Bagus Kurniawan, dalam rangka mendukung 13 Program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Adrianto.

Program ini menjadi bagian dari upaya pemasyarakatan dalam mendukung visi besar Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.


Editor : Muh Sain