-->
BADAN HUKUM " PT METRO MEDIA INDONESIA >>> AKT NO.13 TGL. 21-08-2018 SK. KEMENKUMHAM RI NO.AHU-0040828.AH.01.01. TGL. 29-08-2018 >>> Alamat Kantor Redaksi Jalan Yusuf Kallah No 31 Makassar


Kamis, Juni 05, 2025

Bokayong: Kisah Sukses Papan Catur Batok Kelapa dari Balik Jeruji Lapas Tolitoli

Bokayong: Kisah Sukses Papan Catur Batok Kelapa dari Balik Jeruji Lapas Tolitoli

METRO ONLINE Tolitoli, 05 Juni 2025 – Di tengah kehidupan terbatas di balik jeruji besi, Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Tolitoli di bawah naungan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kantor Wilayah Sulawesi Tengah, Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan RI, membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berkarya. Lewat program pembinaan kemandirian yang inovatif dengan slogan "Berkarya tanpa batas di tempat yang terbatas," Lapas Tolitoli berhasil melahirkan sebuah produk unggulan yang menembus pasar nasional: Bokayong, papan catur unik yang terbuat dari limbah batok kelapa.

Bokayong, yang namanya diambil dari bahasa Tolitoli dan berarti "batok kelapa", bukan sekadar papan catur biasa. Setiap bidaknya merupakan hasil karya tangan terampil warga binaan yang dengan sabar dan teliti mengolah batok kelapa bekas dan kayu menjadi mahakarya bernilai seni tinggi. Keunikan bahan baku yang ramah lingkungan serta kualitas pengerjaan yang unggul menjadikan Bokayong menarik perhatian pasar.

Kepala Lapas Kelas IIB Tolitoli, Muhammad Ishak, menyampaikan rasa bangganya atas pencapaian ini. “Produk Bokayong ini adalah bukti nyata bahwa warga binaan kami memiliki potensi besar untuk berkarya dan mandiri. Ini bukan hanya tentang menghasilkan produk, tetapi juga tentang memberikan bekal keterampilan, nilai hidup, dan harapan bagi mereka untuk kembali ke masyarakat sebagai pribadi yang produktif,” ungkapnya.

Muhammad Ishak menambahkan bahwa program ini selaras dengan Sapta Arahan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sulawesi Tengah, Bagus Kurniawan, dalam mendukung 13 Program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto, demi mewujudkan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto. "Kami berkomitmen penuh menjadikan Lapas sebagai tempat pembinaan dan pemberdayaan yang produktif, bukan sekadar tempat hukuman," tegasnya.

Program pembuatan Bokayong merupakan salah satu pilar utama dalam strategi rehabilitasi warga binaan. Di sini, mereka tidak hanya belajar keterampilan teknis seperti pemilihan bahan, pemotongan, penghalusan, hingga perakitan dengan standar mutu tinggi, tetapi juga membangun karakter melalui kedisiplinan, kepercayaan diri, dan kerja sama tim. Produk ini sekaligus menjadi simbol kekayaan intelektual warga binaan, dengan identitas kuat yang melekat pada setiap hasil karyanya.

Selain Bokayong, Lapas Tolitoli juga mengembangkan berbagai produk kerajinan lainnya, seperti kaligrafi dengan merek Binacocografi dan kerajinan tangan lain dengan merek Kawarbin, menunjukkan komitmen jangka panjang dalam membangun ekosistem pembinaan yang berkelanjutan dan berorientasi masa depan.

Kisah sukses Bokayong dari Lapas Tolitoli menjadi bukti nyata bahwa potensi positif dapat tumbuh di tempat yang tak terduga. Dengan pembinaan yang tepat, warga binaan tidak hanya mampu merehabilitasi diri, tetapi juga menjadi agen perubahan yang memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan bangsa.


Editor : Muh Sain 

Berita Terkait

Berita Lainnya

© Copyright 2019 METRO ONLINE | All Right Reserved